Warna-Warni Kisah Hidup Bocah Sang Penjual Balon

KabarKalimantan, Banjarmasin – Kisah hidup Rahmat Hidayat mungkin tak seindah warna-warni balon yang dijajakannya. Banyak pertanyaan muncul setelah mendengar kisah hidup bocah kelahiran 1 Juni 2004 ini.

Terpuruknya kondisi ekonomi keluarga membuat bocah 14 tahun itu harus terjun menghadapi pahit getirnya hidup. Sampai-sampai dia harus mengorbankan pendidikannya.

Dia rela berhenti di kelas VI SDN Kuin Utara 4 dan pindah ke sekolah non formal, masuk paket A di Gang Perjuangan, Kelurahan Pelambuan, demi mendapatkan waktu yang lebih longgar untuk berjualan.

Rahmat yang mempunyai empat saudara itu hidup bersama ibu kandung dan ayah tiri. Satu saudara sebapak, dan tiga saudari tiri di sebuah rumah kontrakan di Kuin Cerucuk, Banjarmasin Barat.

Kisah hidup bocah penjual balon pinggir jalan ini cukup pelik dan memilukan. Tak lazim rasanya jika harus diemban anak sebelianya.

Berawal dari menjajakan balon mainan milik orang lain. Rahmat sedikit demi sedikit mengumpulkan rupiah demi membantu orang tua untuk membayar kontrakan rumahnya.

Harga balon yang dijual bervariasi dari Rp 5 ribu hingga Rp 15 ribu, tergantung ukuran. “Kalau yang 15 ribu laku saya dapat 5 ribu,” ucapnya saat ditemui di Jalan HKSN, Sabtu (28/7/2018).

Rahmat dulunya sering mangkal di Jalan Hasan Basri depan Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Karena dirasa kurang aman kini dia beralih tempat ke Jalan HKSN tepat samping Kantor Kecamatan Banjarmasin Utara.

Dia mengaku, sempat terjaring razia penertiban Satpol PP. Hingga sepeda, dagangan dan uang hasil jualan disita. Kemudian ditahan selama 2 bulan di rumah singgah.

Parahnya, saat ini dia tidak hanya menjual balon. Tapi juga mengemis, memohon iba dari orang lain. Tangannya selalu erat memegang kaleng biskuit bekas yang dijadikan wadah menampung uang bertuliskan huruf kapital “sumbangan sukarela anak yatim mudahan berejeki. Amin.”

Kisah pilu Rahmat tidak hanya dialaminya saat berjualan. Dia pernah dituduh mencuri handphone milik kepala sekolah. Padahal ujarnya, tidak pernah melakukan kasus pencurian itu. Tapi karena kejahilan temannya sendiri.

“Saya difitnah mencuri. Padahal teman yang memasukan hp itu ke dalam tas saya. Saya malu makanya saya lebih baik mengundurkan diri dari sekolah,” ujarnya.

Bahkan parahnya, dia mengaku sering dipukul bapak tirinya. “Kalau ibu tidak berani membela mungkin karena takut,” ungkapnya.

Lalu, apakah kisah Rahmat ini sepenuhnya benar? Mencoba mengkonfirmasi ke sekolah Rahmat di SDN Kini Utara 4. Kebenaran kisah Rahmat tidak sepenuhnya benar.

Guru sekaligus wali kelas Rahmat di SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin Utara, Raden Achmad Surya menampik kisah Rahmat sebagai pencuri ponsel kepala sekolah. Dia berani memastikan tak pernah ada insiden pencurian yang melibatkan Rahmat.

“Difitnah mencuri ponsel kepsek? Saya pastikan itu enggak benar,” ujarnya.

Raden justru mengenangnya sebagai murid yang baik. Duduk di barisan kursi paling depan, Rahmat memang sering melamun.

“Kalau ditanya ada apa, cuma senyum-senyum. Saya rasa dia punya banyak beban pikiran,” ujarnya.

Menurut Raden, satu-satunya kenakalan yang pernah diperbuat Rahmat adalah berbohong. Suatu hari, Raden menerima telepon dari orang tua asuh Rahmat. Seorang pegawai bank yang selama ini membiayai ongkos sekolahnya menanyakan perihal pungutan Rp 250 ribu untuk menebus ijazah.

“Dari zaman Belanda, tak ada istilah uang ijazah. Rahmat mungkin terpaksa berbohong kepada orang tua asuhnya karena sedang kepepet butuh duit,” ujarnya.

Pihak sekolah mengetahui kesulitan ekonomi yang dihadapi Rahmat. Dia sering kedapatan mangkal berdagang balon di pinggir jalan. Karena itu Raden tak pernah menerapkan absensi ketat untuk Rahmat.

“Jika dia kadang masuk belajar kadang tidak, dewan guru bisa maklum. Saya hanya memohon padanya untuk hadir pada beberapa mata pelajaran penting,” kisahnya.

Apakah Raden akan membenci muridnya karena sudah mengarang-ngarang cerita tersebut? Jawabnya tidak. “Dia tulang punggung keluarga,” tegasnya.

Keterangan Raden kemudian diperkuat sang kepala sekolah, Asiah. Dia menyodorkan dokumen pernyataan mengundurkan diri dari sekolah yang diteken oleh Santi, ibu kandung Rahmat. Surat itu tertanggal 7 September 2017.

Asiah sebenarnya tak mengenal Rahmat secara langsung. Dia baru dimutasi ke sekolah ini pada April 2018. Namun, dia sering menanyakan kisah Rahmat kepada kepala sekolah yang lama. “Saya tertarik karena sering melihatnya berjualan di jalan,” imbuhnya.

Temuan lain, Rahmat ternyata siswa pindahan. Dari sekolah di Jalan Kuin Utara tersebut, dia hanya mengecap kelas V dan VI. Sebelumnya, Rahmat tercatat sebagai siswa Madrasah Ibtidaiyah Nuruddin II Banjarmasin. Dari sekolah lama dia tercatat dengan nama depan Ahmad, bukan Rahmat.

Meski sudah lama drop out, ada saja yang datang menanyakan keberadaan Rahmat. Belum lama ini seorang perempuan meminta biodatanya. “Katanya mau mengadopsi Rahmat,” kata Rina Fitriah, wali kelas V.

Rina melihat Rahmat seperti siswa kebanyakan. Seingatnya, tak ada yang janggal dari pergaulannya di sekolah. “Saya merasa Rahmat ingin terus sekolah. Jika akhirnya dia berhenti, saya menduga-duga karena dipaksa terus bekerja,” tambahnya.

Cerita tentang Rahmat yang pernah ditahan selama tiga bulan di Rumah Singgah di Banjarmasin Selatan hingga sekolahnya berantakan rupanya juga tidak semua benar. Dinas Sosial (Dinsos) Banjarmasin membantah cerita itu.

“Prosedur di Rumah Singgah paling lama menahan tiga hari. Kalau sampai berbulan-bulan, tidak benar. Kami juga tidak mengenal anak ini,” kata Kasi Tuna Sosial dan Korban Tindak Kekerasan Dinas Sosial Banjarmasin, Hasan Basri.

Sementara itu, Kabid Tibum Dinas Satpol PP dan Damkar Banjarmasin Dani Matera, tidak menemukan data terkait penangkapan Rahmat. “Bocah pedagang balon ini tak pernah masuk data kami. Saya pastikan negatif,” tegasnya.

Lalu, siapa yang benar dan siapa yang salah? Yang pasti Rahmat Hidayat hanyalah korban keadaan yang sepatutnya mendapat perhatian dan penanganan. Khususnya dari pemerintah. Mungkin saja masih banyak Rahmat yang lain di luar sana yang tak pernah terendus.

M Syahbani

Pos terkait