10 Jenis Jiwa Siswa yang Wajib Dipahami Guru

Oleh: Herianti S.Pd.I

Guru Agama Islam di SD Negeri Kersik Putih

DEFINISI jiwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seluruh kehidupan batin manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya. Kalau kita menerima definisi ini, artinya jiwa adalah potensi-potensi aktif dan dinamis yang ada dalam diri manusia yang membuat manusia hidup (tidak mati), bergerak, dan berubah. Tentu saja yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Ada kondisi kejiwaan manusia yang begitu indah didalam Al-Quran, yang bisa juga dijadikan rujukan oleh para guru untuk mengenali jiwa murid-muridnya. Walaupun ayat tersebut tentang manusia secara umum. Dalam Q.S. Al-Ahzab 33:35 jiwa murid yang perlu dikenali dan di ketahui oleh para guru paling tidak ada sepuluh hal.

Secara fitrah, murid mempunyai kecenderungan kepada keselamatan. Semua murid ingin selamat dihadapan guru. Dia cenderung bersikap baik didepan gurunya, meskipun seringkali setelah gurunya berlalu, keluarlah sikap aslinya. Secara fitrah juga, murid ingin merasa aman bila bertemu dan berhadapan dengan gurunya. Untuk menimbulkan rasa aman itu dihati murid, guru dapat menjadi rujukan, pegangan, model terbaik yang diharapkan dapat melindungi dan mengayomi murid, sehingga selalu ingin berdekatan dengan para gurunya, karena mereka merasa tenang.

Perasaan aman akan mendatangkan semangat belajar dan bisa menjadi pemicu bagi murid untuk berprestasi, baik dalam bidang akademis ataupun bidang lainnya. Oleh karena itu guru yang dapat menghadirkan rasa aman di kelas akan disukai murid-muridnya. Murid yang baik pasti akan selalu taat mengikuti ucapan dan tindakan atau perilaku para gurunya. Ketaatan murid kepada para gurunya adalah niscaya dan sudah sewajarnya. Oleh karena itu para guru harus berhati-hati dalam setiap perilaku dan ucapannya, karena akan mudah diikuti oleh muridnya. Siapapun orangnya selama dia menjadi murid, pasti selalu mendambakan tuntunan dan bimbingan guru melalui informasi dari sumber yang benar dan bisa mengantarkannya pada perilaku hidup yang benar.

Baca Juga :   Tips untuk Guru dalam Menghadapi Siswa “Nakal”

Informasi itu bukan berisi kebohongan dan disampaikan juga dengan benar tanpa kepura-puraan. Kebenaran adalah hal pokok yang wajib diajarkan kepada para murid oleh guru. Dan yang perlu diingat adalah bahwa kebenaran itu datangnya hanya dari Allah. Setiap murid harus dipandang sebagai anak-anak yang luar biasa. Mereka sangat sabar mengikuti jenjang pendidikan dasar dan menengah selama dua belas tahun. Tentu saja dengan segala keromantikannya. Di luar itu semua murid juga selalu mengharapkan bertemu dengan guru-guru yang sabar dalam mengajar dan membimbing mereka yang masih dalam masa-masa pencarian jati diri. Juga sabar dalam mengahadapi perilakunya yang masih labil karena faktor usia muda.

Guru yang sabar akan memberikan ketenangan dan keindahan makna hidup dan bukan sekedar simbol-simbolnya. Secara fitrah murid juga mempunyai jiwa khusyuk atau siap menjalankan amanah. Orang yang amanah adalah orang yang tetap memegang teguh kepercayaan yang dibebankan kepadanya. Jiwa yang amanah dapat mengendalikan diri, tenang, dan konsisten dalam kebaikannya dan tidak terpedaya oleh segala sesuatu yang berpotensi mengganggu jiwanya. Murid yang khusyuk selalu siap menjalankan tugasnya dari guru. Murid juga memiliki jiwa kepedulian yang siap untuk dikembangkan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Sebab sekolah adalah lahan paling subur untuk menumbuhkan sikap kepedulian anak kepada sesamanya.

Baca Juga :   Upaya-upaya untuk Menanggulangi Kenakalan Anak

Murid-murid harus disadarkan bahwa mereka hidup bukan hanya untuk kesenangan diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Dengan begitu akan tumbuh kesadaran untuk hidup bersama dan selalu siap untuk memberikan sebagian yang mereka miliki kepada sesama, terutama kepada fakir miskin. Jiwa peduli ini harus dihidupkan sejak dini agar mereka terbiasa berbagi kebahagiaan. Sesungguhnya tidak ada kebahagiaan dalam hidup ini selain bisa berbagi dengan sesama. Usia murid yang masih sangat belia adalah usia pergerakan dan perubahan, usia yang labil dan mudah diintervensi oleh berbagai kepentingan atau dimasuki oleh pemikiran-pemikiran yang bisa merusak.

Bila guru memberikan arahan dan bimbingan yang benar, maka murid akan tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Ketika mereka beraktifitas, mereka bisa menempatkan diri secara tepat. Ketika mereka dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang mengandung resiko tidak menyenangkan, mereka bisa mengendalikan diri. Mereka tidak segera mengambil kesimpulan yang justru akan menjebloskan mereka dalam jurang kehinaan. Kondisi ini dapat tercapai karena murid terbiasa berdialog dengan dirinya sendiri. Yaitu mereka mengajak hati mereka bicara dalam perenungan untuk mengendalikan dirinya.

Baca Juga :   Cara Mengatasi Kesulitan dalam Meraih Cita-cita

Anak-anak atau murid-murid menginginkan dirinya terpelihara dari semua hal yang yang mereka tidak inginkan atau dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Mereka ingin merasa nyaman karena ada yang menjaga. Tapi disamping itu, mereka juga berkeinginan memelihara dan menjaga orang lain, misalnya teman atau guru, juga memelihara lingkungan sosialnya. Jiwa terpelihara ini bila dipupuk dengan baik akan melahirkan kesantunan perilaku. Para murid akan menjaga tutur kata dan tindakannya agar tidak melukai atau menyusahkan orang lain, termasuk guru-guru mereka. Para murid juga seluruh manusia pada umumnya sesungguhnya senang sekali dengan sifat-sifat baik Allah dan mereka sering mengingatnya tanpa mereka sadari.

Sepuluh jiwa murid yang wajib guru ketahui dan pahami seperti yang sudah diuraikan diantaranya yaitu jiwa selamat, jiwa aman, jiwa taat, jiwa kebenaran, jiwa sabar, jiwa yang khusyuk, jiwa peduli, jiwa mengendalikan diri, jiwa terpelihara, dan jiwa bersama Allah. Sepuluh jiwa yang dimiliki siswa tersebut akan berjalan baik jika peran guru dan orang tua selalu mampu memupuknya juga memberikan tauladan yang baik yang mampu mereka lihat juga tiru baik secara langsung maupun tidak langsung sebab murid mempunyai watak dan tabiat yang berbeda-beda, ada yang mampu menampakkan langsung tetapi ada pula yang mampu menyimpannya dengan rapat atas segala perlakuan yang mereka lakukan baik itu sikap positif maupun sikap negatif dari diri murid tersebut.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.