KabarKalimantan, Cianjur – Gempa bumi berkekuatan 5,6 Magnitudo yang mengguncang Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat pada 21 November 2022 lalu memantik empati UPZ Bank Kalsel dan Komunitas Sedekah Beras Banjarmasin untuk melakukan misi kemanusiaan.
Tak tanggung-tanggung, UPZ Bank Kalsel dan Sedekah Beras Banjarmasin langsung terbang dari Banua ke lokasi gempa untuk memberikan bantuan kepada para korban terdampak di tenda-tenda darurat di sejumlah kecamatan Kabupaten Cianjur, Kamis (24/11/2022).
Saat mengantar bantuan korban Gempa ke Pos-Pos Penampungan bencana yang disatukan dalam tenda-tenda darurat di sejumlah Kecamatan Kabupaten Cianjur.
Founder Sedekah Beras Banjarmasin Muhammad Mustakim S Sos M AB diwakili Reza Nuzully Rahman, perwakilan UPZ Bank Kalsel Muhammad Rizaldy Mustary Haaq dan Asri Maulida mengatakan, ada sebanyak 500 paket sembako dan 200 lembar selimut serta sejumlah uang tunai yang mereka berikan kepada para korban terdampak gempa bumi hebat tersebut.
“Bantuan kami bagikan ke Desa Lebe RT 02 dan 03 RW 07 Desa Sukawangi Kecamatan Warung Kondang, RT 001 RW 004 Desa Sukajaya, Kecamatan Cugenang, Jalan Gatot Mangkupraja, Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur,” ujar Founder Sedekah Beras Banjarmasin yang akrab disapa Acim itu.
Acim menceritakan, selama menyalurkan bantuan di sana pihaknya mengalami beberapa kendala. Pasalnya, medan jalan pasca guncangan gempa tak semulus seperti sebelumnya. Namun, hal tersebut tidak sedikitpun meredupkan semangat pihaknya dalam membantu meringankan korban gempa tersebut.
“Karena medan jalan yang rusak, jadi penyaluran bantuan tak bisa hanya memakai kendaraan mobil roda empat. Selain harus memakai kendaraan roda dua, kami juga harus berjalan kaki menuju tenda-tenda darurat,’’ujar Acim.
Tak hanya mengantarkan bantuan, di sana rombongan UPZ Bank Kalsel dan Founder Sedekah Beras Banjarmasin juga berkesempatan mendengarkan cerita dan pengalaman, serta perjuangan para korban dalam mempertahankan hidup sampai mendapatkan bantuan yang setiap hari datang mendorong dirinya kembali bangkit.
“Masing-masing mereka ada yang berkomunikasi hingga curhat. Mereka juga tak segan memeluk dan menunjukan luka-luka di bagian tubuhnya yang terlihat. Bahkan ada seorang bayi yang menangis saat kedatangan rombongan kami, sehingga kami tergugah untuk mengendonnya,” cerita Acim.
Tak ingin larut dalam kesedihan setelah mengantar bantuan dan mendengarkan cerita, atau bahkan curhatan para korban, lanjut Acim, rombongan pun memutus cerita dan meminta izin meninggalkan lokasi korban gempa untuk kembali ke Banjarmasin.
“Semoga bantuan yang kami salurkan dapat sedikit membantu meringankan beban penderitaan para korban gempa,” pungkasnya.