Dari Kaki Kecil ke Panggung Besar: Ketika Mimpi Anak Banua Menggema di Lapangan Mini

KabarKalimantan, Banjarmasin — Ada yang lebih nyaring dari peluit wasit di Lapangan Biebie Minisoccer siang itu (21/6): tawa riang, jerit haru, dan detak mimpi anak-anak usia sembilan tahun yang menyatu dalam final Biebie Cup U-9 2025.

Di tengah terik matahari yang memanggang kota, dua tim kecil menari di atas rumput sintetis. Bukan tarian sembarangan, ini adalah tarian tekad dan harapan. Dan di antara kaki-kaki mungil itu, satu nama muncul sebagai pahlawan: Abdullah Syafiq, pencetak gol kemenangan SDIT Ukhuwah A atas Gugus Kebun Bunga.

Satu gol. Satu lompatan kecil. Tapi getarnya terasa jauh ke dalam dada para penonton. Abdullah bukan sekadar mencetak angka, dia mencetak sejarah bagi timnya, bagi dirinya, dan mungkin bagi masa depan sepak bola Banua.

Lapangan yang Melahirkan Karakter

Turnamen ini bukan diadakan di stadion megah. Tak ada kamera siaran langsung. Tapi justru di sinilah letak magisnya. Lapangan kecil ini menjadi laboratorium pembentukan karakter.

“Anak-anak ini tampil luar biasa. Ada yang jatuh, ada yang bangkit. Tapi semua berani mencoba. Dan itu hal yang penting untuk kita jaga,” ujar Muhammad Ridha, ketua pelaksana, sembari memandangi trofi yang kini dipegang oleh anak-anak dengan senyum tak lepas dari wajah.

Gugus Kebun Bunga boleh kalah, tapi Gavin Shahib tetap pulang dengan kepala tegak, lima gol sepanjang turnamen memberinya gelar Top Skor. Sementara di perebutan tempat ketiga, Dody, dengan dua golnya, memastikan SDN Sungai Andai 3 pulang membawa kebanggaan.

Turnamen Tanpa Harga, Tapi Penuh Nilai

Tak ada biaya pendaftaran. Tak ada sponsor besar. Tapi nilai-nilai yang lahir dari turnamen ini begitu mahal: sportivitas, kerja sama, keberanian, dan impian.

“Kami bukan hanya cari juara, tapi juga bibit. Kami ingin anak-anak ini disambut oleh sistem pembinaan yang jelas dan berkelanjutan,” lanjut Ridha.

Bukan tanpa rencana, nama-nama potensial sudah dicatat. Setelah peluit akhir berbunyi, proses baru dimulai. Panitia siap mengarahkan mereka ke SSB. Sebab, turnamen ini bukan titik, tapi koma.

Dari Guru untuk Generasi Baru

Pelatih SDIT Ukhuwah, Faisal Rizani, menyeka keringat dengan punggung tangan. Bukan karena lelah, tapi lega.

“Awalnya kami sempat berpikir mundur. Jadwal sekolah padat. Tapi sekarang, saya bersyukur. Ini lebih dari sekadar juara. Ini pengalaman hidup untuk anak-anak,” katanya dengan mata berkaca.

Desember Nanti, Kisah Ini Akan Disambung

Biebie Cup U-9 akan kembali hadir Desember 2025 nanti. Mungkin akan ada pemain baru, sekolah baru, dan drama baru. Tapi semangatnya tetap sama: membuka jalan bagi anak-anak untuk bermimpi lewat sepak bola.

Karena di Banua ini, sepak bola bukan sekadar olahraga. Ia adalah bahasa kedua anak-anak, cara mereka menyampaikan cita-cita, menunjukkan keberanian, dan menemukan diri sendiri.

Di lapangan kecil itu, mimpi mereka bukan sekadar ditendang ke gawang, tapi ke masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *