KabarKalimantan, Banjarmasin – Prestasi yang diraih atlet olahraga Kalsel pada gelaran PON 2024 cukup membanggakan. Sebanyak 55 medali berhasil didapat dengan rincian 15 medali emas, 15 medali perak, dan 15 medali perunggu.
Cabang olahraga berkuda menjadi penyumbang medali emas terbanyak dengan raihan 4 medali emas, kemudian diikuti biliar dengan 3 medali emas, atletik tiga medali emas, serta dayung dengan dua medali emas, dua medali emas lainnya disumbangkan cabor esport dan gulat yang masing-masing meraih 1 medali emas.
Namun, ternyata di balik prestasi mentereng sejumlah cabor peraih prestasi ini ada kebijakan yang dinilai kurang pas dilakukan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalsel.
Cabor-cabor peraih medali ini rupanya bukan cabor yang mendapatkan prioritas kucuran anggaran pembinaan dari Dispora Kalsel. Contohnya, cabor biliar yang hanya mendapatkan pembinaan anggaran Rp 250 juta, sementara ada cabor lain yang tak memberikan sumbangsih medali emas di PON justru mendapatkan kucuran bantuan mencapai lebih dari Rp 2 miliar.
Merasa tidak nyaman dengan kondisi ini, anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kalsel H Musthohir Arifin tak segan angkat suara.
Dalam rapat pembahasan anggaran bersama SKPD di DPRD Kalsel, Selasa (26/11/2024), pria yang akrab disapa H Imus ini tak segan langsung menyampaikan keluhannya kepada pihak Dispora Kalsel.
H Imus menilai, selama ini Dispora tidak memiliki standar atau tolak ukur yang jelas dalam menentukan bantuan anggaran bagi masing-masing cabor.
“Cabor potensial peraih medali emas pada gelaran PON mendapatkan anggaran yang lebih kecil. Tapi, cabor yang kurang memiliki potensi medali justru mendapatkan anggaran lebih. Ini kan aneh, jadi ukuran Dispora dalam mengucurkan bantuan untuk cabor sebenarnya apa?” ujarnya.
Politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) ini pun meminta agar penganggaran seperti ini tak terulang lagi. H Imus menjelaskan, harusnya Dispora bisa melihat dari prestasi cabor dalam memberikan besaran anggaran.
“Misalnya, cabor berkuda selaku peraih medali PON 2024 terbanyak mendapatkan anggaran yang lebih tinggi, kemudian cabor peraih medali terbanyak berikutnya, dan berikutnya. Nah, ini kan jelas, standar atau tolak ukur pemberian anggaran cabor menjadi jelas, selain itu cabor peraih medali merasa lebih dihargai dan bisa melakukan peningkatan prestasi lebih maksimal pada penyelenggaraan even olahraga nasional bahkan internasional,” urainya.
Muhammad Rudha