KabarKalimantan, Banjarmasin – Ditengah kondisi perang dagang dan tarif, perkembangan volume (Kg) dan nilai (USD) ekspor provinsi Kalimantan Selatan masih relatif aman dan stabil walaupun terjadi kenaikan dan penurunan dibeberapa komoditi.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan, Sulkan mengatakan, perkembangan komoditi produk ekspor provinsi Kalimantan Selatan di bulan maret hingga april tahun 2025 terjadi kenaikan dan penurunan secara volume maupun nilai.
”Jadi komoditi ekspor dari Kalimantan Selatan ini ada yang naik secara volume tapi ada juga yang turun. Yang naik secara volume dan nilainya adalah produk karet alam,” katanya saat ditemui diruangannya di Kantor Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan, Rabu (11/6/2025).
Ia menjelaskan, dari data bulan maret volume produk ekspor karet alam seberat 4,943,394 kg dengan nilai 9,856,865 USD dan dibulan april meningkat menjadi 6,948,666 kg dengan nilai 14,016,184 USD.
Kemudian komoditi produk lainnya yang menghimpun beberapa produk dari 54,578,508 volumenya menjadi 74,819,271 dengan nilai usd naik 2 kali lipat dari 6,807,284 USD menjadi 12,198,706 USD.
Selanjutnya, produk tambang secara volume dibulan maret seberat 11,299,531,887 kg dengan nilai ekspor tambang 657,686,562 USD dan di bulan april 11,485,488,687 kg dengan nilai 636,968,289 USD.
”Untuk produk tambang ecara volumenya naik akan tetapi secara nilai ekspor terjadi penurunan, berarti harga lagi turun. Sedangkan untuk produk karet alam terjadi peningkatan karena produktifitas dan permintaan meningkat,” ucapnya.
Ia menuturkan, produk karet alam Kalimantan Selatan tersebut dikirim ke negara-negara besar seperti Jepang, Tiongkok, Meksiko, Jerman, Kanada, India, Korsel, Taiwan, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, Brazil, Turki, Spanyol, Amerika Serikat, Kolombia dan Belanda.
”Permintaan tujuan negara karet alam paling tinggi dari Kalimantan Selatan adalah ke Jepang kemudian Tiongkok,” kata Sulkan.
Adapun komoditi yang mengalami penurunan, Sulkan menuturkan bahwa terjadi penurunan di produk kelapa sawit dari 98,592,085 kg menjadi 79,620,137 kg, produk kayu dari 18,849,717 menjadi 12,852,879 kg, produk rotan 8,877 kg menjadi 3,646 kg, dan produk perikanan 129,411 kg menjadi 90,193 kg.
”Itulah produk-produk yang mengalami kenaikan dan penurunan secara volume yang berpengaruh pada nilai ekspor kalsel. Total keseluruhan nilai ekspor Kalsel, di bulan maret nilai ekspor kita 800,186,179 USD turun dibulan april menjadi 765,035,535 USD. Jadi ada penurunan, walaupun secara volume meningkat dari 11,476,633,879 kg menjadi 11,659,824,199 kg,” ungkapnya.
Sulkan mengilungkapkan, faktor penurunan ekspor beberapa produk tersebut disamping produksi dan permintaan juga yang mendasar dipengaruhi oleh perang fisik maupun perang dagang sehingga secara distribusi bisa terganggu dan permintaan menurun.
”Secara tidak langsung Kalsel terimbas, akan tetapi untuk dampak didaerah sejauh ini tidak terlalu berpengaruh secara signifikan karena perubahan nilai itu merupakan faktor pasar jadi kalau mau melihat kemampuan ekspor kita harus lebih dilihat daripada volumenya. Kalau secara volume sedikit saja berkurangnya, kalau masalah nilai tergantung pasar, tidak bisa dicampuri. Sejauh ini tidak berpengaruh, dan pertumbuhan ekonomi di Kalsel tetap baik,” ungkapnya.
Sulkan menyampaikan, saat ini pemerintah provinsi juga tengah berupaya untuk meningkatkan kembali nilai ekspor dengan selalu melakukan koordinasi bersama eksportir di Kalimantan Selatan.
”Jadi sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan dan kapasitas dalam mengekspor, kami juga terus melakukan koordinasi dengan pihak eksportir, karena para eksportir tentu menginginkan yang terbaik juga buat ekspor mereka ” pungkasnya.
Syahri Ramadhan











